Kamis, 25 Oktober 2012


Cerpen: ???


Gadis itu.. Gadis yang tak seperti gadis lainnya. Seorang yang sangat pendiam dan lugu. Seorang yang menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan. Seorang gadis yang pekerja keras demi kelangsungan hidupnya. Seorang wanita yang lebih suka berteman dengan kertas dan pena, lebih suka dengan keheningan dan juga tempat tempat yang indah.

Pagi itu, setelah shubuh Ia pergi kusuatu tempat, tempat yang sangat ia sukai. Tempat dimana banyak pepohonan seperti hutan, hening namun menyejukkan. Ia berjalan sangat anggun dengan membawa kertas dan pena. Ntah apa yang akan ia tulis ditempat itu. Dedaunan pohon satu per satu berguguran seolah olah turut menyaksikan kelembutan parasnya. Lalu dia pun duduk diatas sebuah batu besar, dan disitulah tempat favoritnya. Tempat ia membagi rasa dengan alam atas suka dukanya. Didepannya, agak jauh sedikit terdapat pohon yang sangat besar. Lebih besar dari pohon pohon lainnya. Tak jarang ia memergoki seorang lelaki yang mengintipnya dari balik pohon besar tersebut. Tapi ia hanya diam, ia tak peduli. Dan saat itu pula, lelaki balik pohon itu menghampirinya dan memang ia sudah megenal lelaki itu sebelumnya.

‘’Hei ..’’tegur lelaki itu.
‘’Emm.. Kau membuatku kaget.’’
‘’Maaf.. kau menyukai tempat ini ?’’

Gadis itu hanya mengangguk.

‘’Sudah lama aku memperhatikanmu dari balik pohon besar itu’’ Lanjut lelaki itu.
‘’Aku tahu..’’

Dialog mereka terhenti sejenak.

‘’Hari sudah siang, aku harus pulang.’’ Si gadis berpamitan.
‘’Silahkan..’’

Perlahan si gadis meninggalkan tempat itu dan si lelaki masih tetap berdiri ditempat yang sama. Matanya mengikuti eloknya langkah si gadis. Lelaki itupun tersenyum lalu pergi meninggalkan tempat itu.

* * *
Seperti biasa, pagi ini si gadis ketempat indah yang ia sukai. Ia terkejut,lelaki yang kemarin menghampirinya sudah duduk diatas batu besar yang biasa ia duduki. Gadis itu menghampirinya lalu bertanya.
‘’Apa yang kau lakukan ?’’
‘’Menunggumu..’’
‘’Untuk apa ?’’
‘’Sudahlah ....’’

Si gadis menatap lelaki itu yang sedang mengenakan headset ditelinganya, lalu gadis itu bertanya lagi, ‘’apa yang sedang kau dengarkan ?’’
Spontan lelaki itu melepas headset yang menempel ditelinga kanannya, ‘’ini pakailah..’’
Lalu si gadis memakai headset itu ditelinga kirinya.
            ‘And the shadow of the day
            Will embrace the world in grey
            And the sun will set for you ..’

Si gadis menatap lelaki itu.
‘’enak bukan ..?’’ Tanya lelaki itu.
Ia hanya mengangguk.
‘’Aku menyukai lagu ini ..’’ ujar lelaki itu.
Si gadis hanya diam.
‘’Kau menyukainya ?’’ Tanya lelaki itu lagi.
Lagi lagi si gadis hanya mengangguk.
‘’Ini.. bawalah. Dengarkan hingga kau merasa bosan’’
Ujar lelaki itu sembari memberikan MP3nya , lalu ia beranjak pergi.

Si gadis selalu mendengarkan lagu itu berulang ulang kali tanpa merasa bosan. Ia pun merasakan kedekatannya dengan lelaki itu saat mendengar lagu sendu tersebut.

Sudah beberapa hari ini si gadis tidak pergi ketempat indah yang ia sukai. Hari ini ia akan pergi kembali ketempat itu, ia mengira lelaki itu menunggunya ditempat biasanya.
Akhirnya ia pun pergi sendirian dengan membawa MP3 yang dipinjamkan oleh lelaki itu.
Sesampai ditempat indah itu, ternyata benar. Lelaki itu sudah berada disana, ditempat biasanya si gadis duduk. Si gadis menghampirinya .
‘’hei, kemana saja kau ? Aku menunggumu beberapa hari ini.’’ Ujar lelaki itu.
Si gadis mengulurkan tangannya yang sedang menggenggam MP3.
‘’Ini milikmu .. Terimakasih ..’’
‘’Kenapa? Kau sudah bosan ?’’
‘’Tidak, aku sudah cukup.’’
Keduanya terdiam.

‘’malam ini aku ingin mengajakmu jalan jalan ..’’ ujar si lelaki.
Si gadis bingung. Malam ini ia harus membantu orang tuanya bekerja mengais rezeki.
Akhirnya ia menerima tawaran itu karena takut melukai hati lelaki itu.
‘’Tapi cukup untuk malam ini saja ..’’
‘’Oke.. tunggu aku jam 8 ditempat ini.’’
Si gadis mengangguk.

 * * *
Jam 8 malam.

‘’Mau kemana’’ Tanya si gadis.
‘’Ntahlah.. aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu malam ini.’’
Suasana sangat hening, mereka berdua tetap berjalan menyusuri gelapnya malam dan indahnya lampu jalan.
‘’Hmm .. Aku ingin bertanya padamu’’ Ujar lelaki itu.
‘’Katakan saja..’’
‘’Salahkah jika aku menyayangimu ? Sedangkan kita baru merasakan kedekatan ini .’’
Si gadis hanya diam, sepertinya ia faham. Karena tak jarang ia mengalami hal ini. Namun ia tak pernah mempedulikan.
‘’Sekarang bukan waktu yang tepat ..’’ jawab si gadis sembari menghela nafas panjang.
“Aku siap menunggumu..”
“Sampai kapan ?”
“Sampai kau mau menerimaku ..”
Tanpa terasa ternyata sudah 2 jam mereka berjalan menyusuri kampung kampung dengan sedikit pembicaraan yang tak bagitu penting. Si gadis melihat jam tangan yang ia pakai ditangan kirinya.
‘’Sudah jam 10, aku harus pulang..’’
‘’Aku antar..’’
‘’Tak perlu, aku berani sendirian..’’
Si gadis itu langsung pergi meninggalkan lelaki itu. Si lelaki tetap diam ditempat ia berdiri, matanya mengikuti jalan si gadis.

 * * *

Pagi ini sangat cerah. Gadis berparas anggun itu sepertinya akan pergi ketempat indah itu lagi. Ia bejalan sendiri, hanya berteman kertas dan pena yang berada digenggamannya.
Ia seperti melihat sesuatu, langkahnya terhenti.
Ia melihat seorang lelaki seumurannya, sepertinya ia laki laki yang biasa berjualan nasi disekitar desa ini. Ntah apa yang membuat ia tercenagang melihat laki laki penjual nasi itu. Sepertinya ia merasa sedikit kesamaan dengan lelaki penjual nasi itu, bekerja untuk tetap bertahan hidup. Akhirnya si gadis kembali meneruskan jalannya agar sampai ditempat indah yang sangat ia sukai.
Sesampai ditempat itu, ia duduk dibatu besar yang biasanya ia duduki.
Baru saja ia duduk, handphonenya berdering. Telepon dari lelaki yang biasanya mengintipnya dibalik pohon besar itu. Ia mengangkat teleponnya.
’’Ada apa ?’’ Tanya gadis itu.
‘’Siang ini aku ingin menemuimu..’’
‘’Untuk apa ? Siang ini aku harus membantu orang tuaku.’’
‘’Bisakah kau sempatkan sedikit waktu untukku?’’
‘’Tidak.’’
‘’Kenapa ? Aku ingin sekali bertemu denganmu. Tinggalkan pekerjaanmu sebentar untukku..’’
‘’Aku tidak bisa’’
‘’Ah .. yasudahlah terserah !’’
Tutt .. tutt ..tutt.. Telepon terputus.

‘’Ada apa dengannya?’’ batin si gadis .

* * *
Ntah mengapa si gadis akhir akhir ini lebih sering berdiri diberanda rumah, seperti menunggu seseorang. Ternyata memang benar, ia menunggu lelaki penjual nasi itu. Walau hanya ingin melihatnya dari kejauhan.
Ia melihat lelaki penjual nasi itu berhenti didepan rumahnya dengan menuntun sepeda pancal dan mengalungkan handuk kecil dilehernya. Ntah mengapa ia mempunyai nyali untuk menghampiri lelaki penjual nasi itu.

‘’Mas..’’ sapa si gadis.
‘’Oh mbak mau beli nasi ya, ini masih ada mbak ..’’
‘’Nggak mas nggak ..’’ dengan lembut dan penuh senyum ia menjawab .
‘’Lha terus mbak ..??’’
Si gadis tersenyum manis sekali.
‘’Hmm.. saya sering melihat mas lewat depan rumah saya. Rumah mas dimana ?’’
‘’Rumah saya agak jauh dari sini mbak.. Gubuk kecil dekat sungai. Ngerti nggak mbak?’’
‘’Nggak ngerti mas ..’’ Jawabnya dengan senyum, wajahnya lama kelamaan memerah.

Banyak yang ia bicarakan dengan lelaki penjual nasi itu, mulai dari yang serius sampai sesuatu yang membuat si gadis tertawa atas kekocakan laki laki penjual nasi itu.
Seiring waktu berjalan, laki laki penjual nasi itu ternyata dapat menghilangkan seluruh kejenuhan si gadis, dapat membuat senyum si gadis selalu terbingkai diwajahnya.

‘’Saya ini orang biasa mbak, jadi nggak ada tujuan lagi selain jadi orang yang baik dimata Allah. Toh, semua ini yang menentukan juga Allah. Mulai dari saya menjadi penjual nasi sampai yang lainnya, atau bahkan sampai saya bisa dipertemukan dengan mbak ..’’ Ujar lelaki itu pada si gadis.

Si gadis hanya mengangguk tanda mengiyakan apa yang telah dikatakan laki laki penjual nasi tersebut.
Tanpa mereka berdua rasakan, ternyata kedekatan ini sudah berjalan kurang lebih 2 bulan.

 * * * 

Handphone si gadis beberapa kali berdering, tapi ia tak mempedulikan sama sekali. Sepertinya itu telepon dari lelaki balik pohon yang akhir akhir ini tak ada kabar.

Beberapa menit kemudian SMS masuk

Tunggu aku didepan rumahmu. Aku akan menemuimu.’

Si gadis membaca SMS dari lelaki balik pohon itu sembari mengernyitkan dahinya
‘Apa maksudnya?’ batin si gadis.

Akhirnya si gadis keluar diberanda rumahnya tak lama kemudian lelaki itu datang menghampirinya.

‘’Silahkan duduk..’’ Ujar gadis lembut itu.
‘’Hmm.. lama kita tak bertemu. Bagaimana kabarmu?’’
‘’Seperti yang kau lihat’’
‘’Nanti malam aku ingin mengajakmu jalan jalan lalu kita dengarkan lagu kesukaan kita bersama-sama, shadow of the day’’
‘’Aku tak bisa’’
‘’Kenapa ? ‘’

Si gadis hanya diam.

‘’Aku sudah menyempatkan waktuku untukmu, untuk bertemu denganmu, untuk mendengar sebuah lagu sendu itu’’ Ujar lelaki itu sedikit memaksa.
‘’Aku tak pernah memintamu untuk itu’’
‘’Tapi .. Tapi aku ingin sekali bersamamu’’
‘’Hanya itu?’’

Hening.


‘’Kau berubah. Akhir akhir ini kau tak pernah mengangkat teleponku, tak pernah membalas SMS dariku. Apa kau tak ingat dengan penantianku untukmu ?”
Si gadis menatap lelaki yang ada dihadapannya dengan tajam.

‘‘Kenapa kau ini?’’ Tanya si gadis
‘’Harusnya aku yang bertanya padamu. Kau kenapa? Apa kau menyukai laki laki lain selain aku? Ha ??’’ sentak lelaki itu.
‘’Aku tak pernah mengira seperti ini akhirnya. Kenapa? Salahkah aku hanya menganggapmu sebagai teman ?  Tapi ternyata kau berlebihan..’’
‘’Kenapa? Kau tak suka?’’

Si gadis tertunduk, lalu berdiri.

‘’Sebaiknya kau pulang, banyak hal yang akan kukerjakan.’’ Ujar si gadis itu.
‘’Tapi masih banyak hal pula yang akan kujelaskan dan kutanyakan padamu.’’
‘’Sudah lupakan..’’

Si gadis pun bergegas masuk dan menutup pintu. Tak pernah ia merasakan seperti ini sebelumnya. Ia berusaha melupakan segala sesuatu tentang lelaki balik pohon tersebut dan juga lagu sendu yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Ia menyesal telah mengenal lelaki sepertinya yang akhirnya membuat si gadis merasa menjadi manusia paling berdosa karena telah banyak berbohong pada orang tuanya dan memotong waktu bekerjanya demi lelaki balik pohon tersebut.

***

Seperti biasa, pagi ini bahkan lebih padi dari hari hari biasanya. Si gadis duduk diberanda rumah untuk menunggu laki laki penjual nasi.
Satu jam lamanya ia menunggu laki laki itu. Hingga si gadis hampir tak mempunyai harapan untuk bertemu dengan lelaki penjual nasi itu.
‘’Ah .. mungkin ia sudah melupakanku..’’ batinnya. Sedih.

Tak lama kemudian lelaki yang ia tunggu tunggu pun datang.
Senyumnya pun mulai merekah.
Tapi lelaki ini tampak berbeda. Ia tak membawa sepeda pancalnya, tak membawa bungkusan nasi dan tak mengalungkan handuk kecil dilehernya. Lelaki itu tampak rapi. Dengan mengenakan hem berwarna coklat dan juga celana panjang.

‘’Hei, rapi sekali pagi ini.’’ Ujar si gadis.
‘’Hmm.. iya saya mau pergi mbak.’’
‘’Pergi kemana mas?’’
‘’Saya mau keluar kota, saya dengar disana ada pekerjaan yang bayarannya lumayan mbak. Untuk menghidupi bapak ibu yang sudah rentah, tak punyai tenaga lagi.’’
‘’Lalu ...?’’
“Iya, saya mau pamit sama mbak. Ohya mbak hampir lupa..’’

Lelaki itu meraba raba tasnya, mengambil sesuatu yang ada didalamnya.

‘’Ini .. untuk mbak.’’ Ujarnya sembari memberikan bungkusan pada si gadis.
‘’Apa ini? Boleh saya buka?”

Lelaki itu mengangguk.
Si gadis pun membuka bungkusan itu. Ternyata kerudung putih yang terdapat didalamnya.

‘’Maaf mbak saya hanya bisa memberi itu buat mbak. Sebagai kenang kenangan, tanda kita pernah bertemu dan saling mengenal.’’ Ujar lelaki itu.
‘’Tapi mas ..’’
‘’Sudah nggak papa mbak, aku berharap mbak mau memakainya.’’
‘’Iya mas. Pasti kupakai.’’
‘’Saya juga nggak tau warna kesukaan mbak. Jadi saya belikan warna putih saja, netral. Dan terlebih saya berharap hati dan akhlaq mbak seputih kerudung itu pada akhirnya.’’
Ujar lelaki itu sambil tersenyum.

Si gadis tersenyum, matanya berkaca kaca, wajahnya memerah. Ia ingin menangis. Mungkin ia terharuh dengan apa yang sedang terjadi barusan dan sedih pula karena lelaki yang ada dihadapannya ini akan pergi. Lelaki yang membuat ia sadar betapa pentingnya menjadi orang yang baik. Lelaki yang tak pernah ia jumpai sebelumnya. Air matanya tertahan.

‘’Terimakasih banyak mas, tak banyak yang bisa kulakukan untuk mas. Semoga berhasil.’’
‘’Hmm.. Bisa mengenal mbak itu sudah cukup. Aku berharap mbak sudi untuk selalu mendoakanku. insyaAllah doaku juga akan mengiringi mbak.’’

Si gadis mengangguk.

‘’Iya mas, doaku selalu untuk mas disetiap sujud panjangku.’’
‘’Terimakasih mbak.. Saya pamit dulu. Assalamu’alaikum.’’
‘’Wa’alaikumsalam..’’

Lelaki itu perlahan meninggalkan si gadis. Tanpa ia sadari, air matanya menetes mengantarkan kepergian lelaki itu.

***

Pagi yang cerah ini si gadis tak lagi menunggu diteras rumahnya. Ia lebih memilih berdiam diri didalam kamar. Mungkin ia masih belum siap untuk ditinggalkan oleh laki laki yang dulu penjual nasi itu.
Tak lama kemudian si gadis berdiri dan mengahadapkan dirinya pada kaca yang ada didalam kamarnya. Lalu ia mencoba untuk mengenakan kerudung putih pemberian lelaki itu. Ia tampak lebih anggun, wajahnya berseri.

‘’Mulai sekarang aku akan berusaha untuk selalu memakai kerudung. Aku akan mencoba berusaha untuk menjadi orang yang baik. Dan berusaha menjaga hati dan akhlaq agar bisa seputih kerudung ini nantinya..” bisiknya.

“Semoga Allah mempertemukan kita kelak ditempat dan keadaan yang baik. Amiin..”







Gresik, 19 Agustus 2012 (1 Syawal 1433) 08.46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar