Cerpen: ???
Gadis itu.. Gadis yang tak
seperti gadis lainnya. Seorang yang sangat pendiam dan lugu. Seorang yang
menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan. Seorang gadis yang pekerja keras
demi kelangsungan hidupnya. Seorang wanita yang lebih suka berteman dengan
kertas dan pena, lebih suka dengan keheningan dan juga tempat tempat yang
indah.
Pagi itu, setelah shubuh Ia pergi
kusuatu tempat, tempat yang sangat ia sukai. Tempat dimana banyak pepohonan
seperti hutan, hening namun menyejukkan. Ia berjalan sangat anggun dengan
membawa kertas dan pena. Ntah apa yang akan ia tulis ditempat itu. Dedaunan
pohon satu per satu berguguran seolah olah turut menyaksikan kelembutan
parasnya. Lalu dia pun duduk diatas sebuah batu besar, dan disitulah tempat
favoritnya. Tempat ia membagi rasa dengan alam atas suka dukanya. Didepannya,
agak jauh sedikit terdapat pohon yang sangat besar. Lebih besar dari pohon
pohon lainnya. Tak jarang ia memergoki seorang lelaki yang mengintipnya dari
balik pohon besar tersebut. Tapi ia hanya diam, ia tak peduli. Dan saat itu
pula, lelaki balik pohon itu menghampirinya dan memang ia sudah megenal lelaki
itu sebelumnya.
‘’Hei ..’’tegur lelaki itu.
‘’Emm.. Kau membuatku kaget.’’
‘’Maaf.. kau menyukai tempat ini
?’’
Gadis itu hanya mengangguk.
‘’Sudah lama aku memperhatikanmu
dari balik pohon besar itu’’ Lanjut lelaki itu.
‘’Aku tahu..’’
Dialog mereka terhenti sejenak.
‘’Hari sudah siang, aku harus
pulang.’’ Si gadis berpamitan.
‘’Silahkan..’’
Perlahan si gadis meninggalkan
tempat itu dan si lelaki masih tetap berdiri ditempat yang sama. Matanya
mengikuti eloknya langkah si gadis. Lelaki itupun tersenyum lalu pergi
meninggalkan tempat itu.
* * *
Seperti biasa, pagi ini si gadis
ketempat indah yang ia sukai. Ia terkejut,lelaki yang kemarin menghampirinya
sudah duduk diatas batu besar yang biasa ia duduki. Gadis itu menghampirinya
lalu bertanya.
‘’Apa yang kau lakukan ?’’
‘’Menunggumu..’’
‘’Untuk apa ?’’
‘’Sudahlah ....’’
Si gadis menatap lelaki itu yang
sedang mengenakan headset ditelinganya,
lalu gadis itu bertanya lagi, ‘’apa yang sedang kau dengarkan ?’’
Spontan lelaki itu melepas headset yang menempel ditelinga
kanannya, ‘’ini pakailah..’’
Lalu si gadis memakai headset itu ditelinga kirinya.
‘And the shadow of the day
Will embrace the world
in grey
And the sun will set
for you ..’
Si gadis menatap lelaki itu.
‘’enak bukan ..?’’ Tanya lelaki
itu.
Ia hanya mengangguk.
‘’Aku menyukai lagu ini ..’’ ujar
lelaki itu.
Si gadis hanya diam.
‘’Kau menyukainya ?’’ Tanya
lelaki itu lagi.
Lagi lagi si gadis hanya
mengangguk.
‘’Ini.. bawalah. Dengarkan hingga
kau merasa bosan’’
Ujar lelaki itu sembari
memberikan MP3nya , lalu ia beranjak pergi.
Si gadis selalu mendengarkan lagu
itu berulang ulang kali tanpa merasa bosan. Ia pun merasakan kedekatannya
dengan lelaki itu saat mendengar lagu sendu tersebut.
Sudah beberapa hari ini si gadis
tidak pergi ketempat indah yang ia sukai. Hari ini ia akan pergi kembali
ketempat itu, ia mengira lelaki itu menunggunya ditempat biasanya.
Akhirnya ia pun pergi sendirian
dengan membawa MP3 yang dipinjamkan oleh lelaki itu.
Sesampai ditempat indah itu,
ternyata benar. Lelaki itu sudah berada disana, ditempat biasanya si gadis
duduk. Si gadis menghampirinya .
‘’hei, kemana saja kau ? Aku
menunggumu beberapa hari ini.’’ Ujar lelaki itu.
Si gadis mengulurkan tangannya
yang sedang menggenggam MP3.
‘’Ini milikmu .. Terimakasih ..’’
‘’Kenapa? Kau sudah bosan ?’’
‘’Tidak, aku sudah cukup.’’
Keduanya terdiam.
‘’malam ini aku ingin mengajakmu
jalan jalan ..’’ ujar si lelaki.
Si gadis bingung. Malam ini ia
harus membantu orang tuanya bekerja mengais rezeki.
Akhirnya ia menerima tawaran itu
karena takut melukai hati lelaki itu.
‘’Tapi cukup untuk malam ini saja
..’’
‘’Oke.. tunggu aku jam 8 ditempat
ini.’’
Si gadis mengangguk.
* * *
Jam 8 malam.
‘’Mau kemana’’ Tanya si gadis.
‘’Ntahlah.. aku hanya ingin
menghabiskan waktu denganmu malam ini.’’
Suasana sangat hening, mereka
berdua tetap berjalan menyusuri gelapnya malam dan indahnya lampu jalan.
‘’Hmm .. Aku ingin bertanya
padamu’’ Ujar lelaki itu.
‘’Katakan saja..’’
‘’Salahkah jika aku menyayangimu
? Sedangkan kita baru merasakan kedekatan ini .’’
Si gadis hanya diam, sepertinya
ia faham. Karena tak jarang ia mengalami hal ini. Namun ia tak pernah
mempedulikan.
‘’Sekarang bukan waktu yang tepat
..’’ jawab si gadis sembari menghela nafas panjang.
“Aku siap menunggumu..”
“Sampai kapan ?”
“Sampai kau mau menerimaku ..”
Tanpa terasa ternyata sudah 2 jam
mereka berjalan menyusuri kampung kampung dengan sedikit pembicaraan yang tak
bagitu penting. Si gadis melihat jam tangan yang ia pakai ditangan kirinya.
‘’Sudah jam 10, aku harus
pulang..’’
‘’Aku antar..’’
‘’Tak perlu, aku berani
sendirian..’’
Si gadis itu langsung pergi
meninggalkan lelaki itu. Si lelaki tetap diam ditempat ia berdiri, matanya
mengikuti jalan si gadis.
* * *
Pagi ini sangat cerah. Gadis
berparas anggun itu sepertinya akan pergi ketempat indah itu lagi. Ia bejalan
sendiri, hanya berteman kertas dan pena yang berada digenggamannya.
Ia seperti melihat sesuatu, langkahnya
terhenti.
Ia melihat seorang lelaki
seumurannya, sepertinya ia laki laki yang biasa berjualan nasi disekitar desa
ini. Ntah apa yang membuat ia tercenagang melihat laki laki penjual nasi itu.
Sepertinya ia merasa sedikit kesamaan dengan lelaki penjual nasi itu, bekerja
untuk tetap bertahan hidup. Akhirnya si gadis kembali meneruskan jalannya agar
sampai ditempat indah yang sangat ia sukai.
Sesampai ditempat itu, ia duduk
dibatu besar yang biasanya ia duduki.
Baru saja ia duduk, handphonenya berdering. Telepon dari
lelaki yang biasanya mengintipnya dibalik pohon besar itu. Ia mengangkat
teleponnya.
’’Ada apa ?’’ Tanya gadis itu.
‘’Siang ini aku ingin
menemuimu..’’
‘’Untuk apa ? Siang ini aku harus
membantu orang tuaku.’’
‘’Bisakah kau sempatkan sedikit
waktu untukku?’’
‘’Tidak.’’
‘’Kenapa ? Aku ingin sekali
bertemu denganmu. Tinggalkan pekerjaanmu sebentar untukku..’’
‘’Aku tidak bisa’’
‘’Ah .. yasudahlah terserah !’’
Tutt .. tutt ..tutt.. Telepon terputus.
‘’Ada apa dengannya?’’ batin si
gadis .
* * *
Ntah mengapa si gadis akhir akhir
ini lebih sering berdiri diberanda rumah, seperti menunggu seseorang. Ternyata
memang benar, ia menunggu lelaki penjual nasi itu. Walau hanya ingin melihatnya
dari kejauhan.
Ia melihat lelaki penjual nasi
itu berhenti didepan rumahnya dengan menuntun sepeda pancal dan mengalungkan
handuk kecil dilehernya. Ntah mengapa ia mempunyai nyali untuk menghampiri
lelaki penjual nasi itu.
‘’Mas..’’ sapa si gadis.
‘’Oh mbak mau beli nasi ya, ini
masih ada mbak ..’’
‘’Nggak mas nggak ..’’ dengan
lembut dan penuh senyum ia menjawab .
‘’Lha terus mbak ..??’’
Si gadis tersenyum manis sekali.
‘’Hmm.. saya sering melihat mas
lewat depan rumah saya. Rumah mas dimana ?’’
‘’Rumah saya agak jauh dari sini
mbak.. Gubuk kecil dekat sungai. Ngerti nggak mbak?’’
‘’Nggak ngerti mas ..’’ Jawabnya
dengan senyum, wajahnya lama kelamaan memerah.
Banyak yang ia bicarakan dengan
lelaki penjual nasi itu, mulai dari yang serius sampai sesuatu yang membuat si
gadis tertawa atas kekocakan laki laki penjual nasi itu.
Seiring waktu berjalan, laki laki
penjual nasi itu ternyata dapat menghilangkan seluruh kejenuhan si gadis, dapat
membuat senyum si gadis selalu terbingkai diwajahnya.
‘’Saya ini orang biasa mbak, jadi
nggak ada tujuan lagi selain jadi orang yang baik dimata Allah. Toh, semua ini
yang menentukan juga Allah. Mulai dari saya menjadi penjual nasi sampai yang
lainnya, atau bahkan sampai saya bisa dipertemukan dengan mbak ..’’ Ujar lelaki
itu pada si gadis.
Si gadis hanya mengangguk tanda
mengiyakan apa yang telah dikatakan laki laki penjual nasi tersebut.
Tanpa mereka berdua rasakan,
ternyata kedekatan ini sudah berjalan kurang lebih 2 bulan.
* * *
Handphone si gadis beberapa kali berdering, tapi ia tak
mempedulikan sama sekali. Sepertinya itu telepon dari lelaki balik pohon yang
akhir akhir ini tak ada kabar.
Beberapa menit kemudian SMS masuk
‘Tunggu aku didepan rumahmu. Aku akan menemuimu.’
Si gadis membaca SMS dari lelaki
balik pohon itu sembari mengernyitkan dahinya
‘Apa maksudnya?’ batin si gadis.
Akhirnya si gadis keluar
diberanda rumahnya tak lama kemudian lelaki itu datang menghampirinya.
‘’Silahkan duduk..’’ Ujar gadis
lembut itu.
‘’Hmm.. lama kita tak bertemu.
Bagaimana kabarmu?’’
‘’Seperti yang kau lihat’’
‘’Nanti malam aku ingin
mengajakmu jalan jalan lalu kita dengarkan lagu kesukaan kita bersama-sama, shadow of the day’’
‘’Aku tak bisa’’
‘’Kenapa ? ‘’
Si gadis hanya diam.
‘’Aku sudah menyempatkan waktuku
untukmu, untuk bertemu denganmu, untuk mendengar sebuah lagu sendu itu’’ Ujar
lelaki itu sedikit memaksa.
‘’Aku tak pernah memintamu untuk
itu’’
‘’Tapi .. Tapi aku ingin sekali
bersamamu’’
‘’Hanya itu?’’
Hening.
‘’Kau berubah. Akhir akhir ini
kau tak pernah mengangkat teleponku, tak pernah membalas SMS dariku. Apa kau tak
ingat dengan penantianku untukmu ?”
Si gadis menatap lelaki yang ada
dihadapannya dengan tajam.
‘‘Kenapa kau ini?’’ Tanya si
gadis
‘’Harusnya aku yang bertanya
padamu. Kau kenapa? Apa kau menyukai laki laki lain selain aku? Ha ??’’ sentak
lelaki itu.
‘’Aku tak pernah mengira seperti
ini akhirnya. Kenapa? Salahkah aku hanya menganggapmu sebagai teman ? Tapi ternyata kau berlebihan..’’
‘’Kenapa? Kau tak suka?’’
Si gadis tertunduk, lalu berdiri.
‘’Sebaiknya kau pulang, banyak
hal yang akan kukerjakan.’’ Ujar si gadis itu.
‘’Tapi masih banyak hal pula yang
akan kujelaskan dan kutanyakan padamu.’’
‘’Sudah lupakan..’’
Si gadis pun bergegas masuk dan
menutup pintu. Tak pernah ia merasakan seperti ini sebelumnya. Ia berusaha
melupakan segala sesuatu tentang lelaki balik pohon tersebut dan juga lagu
sendu yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Ia menyesal telah mengenal
lelaki sepertinya yang akhirnya membuat si gadis merasa menjadi manusia paling
berdosa karena telah banyak berbohong pada orang tuanya dan memotong waktu
bekerjanya demi lelaki balik pohon tersebut.
***
Seperti biasa, pagi ini bahkan
lebih padi dari hari hari biasanya. Si gadis duduk diberanda rumah untuk
menunggu laki laki penjual nasi.
Satu jam lamanya ia menunggu laki
laki itu. Hingga si gadis hampir tak mempunyai harapan untuk bertemu dengan
lelaki penjual nasi itu.
‘’Ah .. mungkin ia sudah
melupakanku..’’ batinnya. Sedih.
Tak lama kemudian lelaki yang ia
tunggu tunggu pun datang.
Senyumnya pun mulai merekah.
Tapi lelaki ini tampak berbeda.
Ia tak membawa sepeda pancalnya, tak membawa bungkusan nasi dan tak
mengalungkan handuk kecil dilehernya. Lelaki itu tampak rapi. Dengan mengenakan
hem berwarna coklat dan juga celana panjang.
‘’Hei, rapi sekali pagi ini.’’
Ujar si gadis.
‘’Hmm.. iya saya mau pergi
mbak.’’
‘’Pergi kemana mas?’’
‘’Saya mau keluar kota, saya
dengar disana ada pekerjaan yang bayarannya lumayan mbak. Untuk menghidupi
bapak ibu yang sudah rentah, tak punyai tenaga lagi.’’
‘’Lalu ...?’’
“Iya, saya mau pamit sama mbak.
Ohya mbak hampir lupa..’’
Lelaki itu meraba raba tasnya,
mengambil sesuatu yang ada didalamnya.
‘’Ini .. untuk mbak.’’ Ujarnya
sembari memberikan bungkusan pada si gadis.
‘’Apa ini? Boleh saya buka?”
Lelaki itu mengangguk.
Si gadis pun membuka bungkusan
itu. Ternyata kerudung putih yang terdapat didalamnya.
‘’Maaf mbak saya hanya bisa
memberi itu buat mbak. Sebagai kenang kenangan, tanda kita pernah bertemu dan
saling mengenal.’’ Ujar lelaki itu.
‘’Tapi mas ..’’
‘’Sudah nggak papa mbak, aku
berharap mbak mau memakainya.’’
‘’Iya mas. Pasti kupakai.’’
‘’Saya juga nggak tau warna
kesukaan mbak. Jadi saya belikan warna putih saja, netral. Dan terlebih saya
berharap hati dan akhlaq mbak seputih kerudung itu pada akhirnya.’’
Ujar lelaki itu sambil tersenyum.
Si gadis tersenyum, matanya
berkaca kaca, wajahnya memerah. Ia ingin menangis. Mungkin ia terharuh dengan
apa yang sedang terjadi barusan dan sedih pula karena lelaki yang ada
dihadapannya ini akan pergi. Lelaki yang membuat ia sadar betapa pentingnya
menjadi orang yang baik. Lelaki yang tak pernah ia jumpai sebelumnya. Air
matanya tertahan.
‘’Terimakasih banyak mas, tak
banyak yang bisa kulakukan untuk mas. Semoga berhasil.’’
‘’Hmm.. Bisa mengenal mbak itu
sudah cukup. Aku berharap mbak sudi untuk selalu mendoakanku. insyaAllah doaku
juga akan mengiringi mbak.’’
Si gadis mengangguk.
‘’Iya mas, doaku selalu untuk mas
disetiap sujud panjangku.’’
‘’Terimakasih mbak.. Saya pamit
dulu. Assalamu’alaikum.’’
‘’Wa’alaikumsalam..’’
Lelaki itu perlahan meninggalkan
si gadis. Tanpa ia sadari, air matanya menetes mengantarkan kepergian lelaki
itu.
***
Pagi yang cerah ini si gadis tak
lagi menunggu diteras rumahnya. Ia lebih memilih berdiam diri didalam kamar.
Mungkin ia masih belum siap untuk ditinggalkan oleh laki laki yang dulu penjual
nasi itu.
Tak lama kemudian si gadis
berdiri dan mengahadapkan dirinya pada kaca yang ada didalam kamarnya. Lalu ia
mencoba untuk mengenakan kerudung putih pemberian lelaki itu. Ia tampak lebih
anggun, wajahnya berseri.
‘’Mulai sekarang aku akan
berusaha untuk selalu memakai kerudung. Aku akan mencoba berusaha untuk menjadi
orang yang baik. Dan berusaha menjaga hati dan akhlaq agar bisa seputih
kerudung ini nantinya..” bisiknya.
“Semoga Allah mempertemukan kita
kelak ditempat dan keadaan yang baik. Amiin..”
Gresik, 19 Agustus 2012 (1 Syawal
1433) 08.46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar