Kamis, 24 Juli 2014

Tak Terbalas

Cerpen : Tak Terbalas


            Assalamu’alaikum.
Teruntuk dirimu yang pernah memiliki hatiku, Haykal.

Apa kabar kau disana ? Akupun tak berharap kau menanyakan keadaanku disini. Semoga Allah selalu melindungimu. Amin.
Aku tahu, seharusnya aku tak perlu menulis surat ini untukmu. Toh, ada handphone yang dapat digunakan untuk telephone dan SMS. Ada Facebook, akupun dapat mengirim Private Message untukmu. Tapi aku rasa itu percuma, karena aku sering melakukannya namun tak kunjung ada balasan darimu.
Maaf jika datangnya surat ini menyita waktumu. Aku hanya ingin memastikan , mengapa akhir-akhir ini kau jarang menghubungiku ? Ada yang salahkah dengan diriku ? Kau kira aku akan marah jika kau mengatakannya ?
Aku takkan menyalahkan dirimu, harusnya aku aku yang bertanya pada diriku sendiri. ‘Apa mungkin aku kurang bisa mengerti atas dirimu , sehingga kau tak pernah dapat mengerti diri ini ?’
Ya, kau boleh menyalahkan jarak yang jauh ini, yang membuat kita tak dapat bertemu. Namun apa boleh buat, inilah yang terbaik dari Tuhan. Aku diberi kesempatan untuk belajar dikota orang, dilain kota denganmu bahkan dilain provinsi. Maafkan diri ini yang tak pernah bisa mengerti apa yang kau inginkan. Maafkan, jika tak bisa seperti yang kau harapkan. Dan kumohon maafkan diri ini, jika harus membulatkan tekad untuk menyudahi semuanya. Aku melakukan ini bukan karena aku menemukan seseorang yang lebih baik dari dirimu. Tidak. Kurasa sementara ini aku tak ingin terpikat oleh hati siapapun. Sekarang terserah apa yang akan kau lakukan. Kau ingin memakiku ? Tak apa, jika memang aku yang salah. Atau mungkin ingin mencari wanita lain yang lebih baik ?Aku tak tahu kemanakah hatimu akan berlabuh. Atau bahkan selama ini kau telah menemukannya , dan aku tak tahu akan hal itu. Ah, sudahlah. Lagipula diriku bukan wanita yang baik untukmu. Bukan wanita harapanmu yang ini dan itu.
Terimakasih , dengan adanya dirimu aku dapat merasakan betapa sesaknya rasa rindu yang menyelimuti hati ini. Terimakasih atas hari hari itu, saat-saat aku bersamamu. Walaupun ketika itu aku merasakan banyak kepedihan, dan itu membuatku mengerti bagaimana mengobatinya. Kau tak perlu tahu akan hal itu, karena aku selalu mengatakan padamu bahwa ‘aku tidak apa-apa’.
Sekali lagi maafkan diri ini, dan terimakasih atas segalanya yang telah lalu. Semoga kau mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku.
Aku tak tahu, akan menjadi kenangan seperti apakah kau nantinya ? Kenangan terburuk atau terindakah ? Aku tak tahu.
Semoga kebaikan-kebaikan selalu terlimpah untukmu.
Salam hangat untukmu yang pernah berlabuh dihatiku, semoga Allah menjagamu selalu. Amin.
            Wassalamu’alaikum..
Semarang, 2 Juni 2012
Yang selalu mendoakanmu
                                                                                                                      Dinda

Tak cukup sekali aku membacanya. Kemudian kulipat kertas itu dengan rapi dan memasukkanya ke dalam amplop putih.



“Bagaimana ? Apa kau sudah siap ?”  Ujarku sambil merapikan buku.
“Doakan aku , semoga dengan ini Ayah Ibu bangga denganku.”
Aku tersenyum.

Ya, saat itu aku tak bisa membantu banyak untuk Haykal ketika ia akan mengikuti lomba di Surabaya. Hanya bisa memberi semangat dan selalu mendoakannya.
“Oh ya, ini untukmu. Semoga sukses ya J “ Ucapku sembari memberikan coklat padanya.
Hanya itu yang bisa kulakukan , berharap ia lebih semangat dari sebelumnya.

“Keputusan Ayah dan Ibu sudah bulat untuk mendaftarkanku di Semarang”  Ujarku sembari menyilakan helaian rambutku yang terkena angin.
Haykal diam.
“Semarang ?”
Aku mengangguk.
“Kenapa jauh sekali ? Aku tidak bisa jauh darimu. Bagaimana jika kau menemukan laki laki lain ?”
Aku tersenyum.
“Apa kau tak percaya denganku ? Aku akan menjaga secuil hati itu disini” Sambil meletakkan tangan didada.
Sembari tersenyum “aku percaya padamu.”


            Hari itu aku bersamanya lagi. Menemani Haykal mencari buku untuk refrensi tugas-tugasnya. Tak banyak yang kulakukan saat bersama dengan Haykal. Hanya menemaninya mencari buku dan mengerjakan tugas. Tapi untuk urusan-urusanku, aku jarang sekali melibatkan Haykal. Karena kurasa aku masih bisa melakukan itu sendiri tanpa merepotkan Haykal.
“Bagaimana urusan-urusanmu ?” Tanya Haykal
“Sudah , kemarin Ayah menyuruhku untuk...”
Pembicaraan ini terputus oleh suara dering handphone Haykal , ia pun mengangkatnya.
“Halo ? Ya dengan saya sendiri. Ooh iya bagaimana kabarnya , sehatkan ? Lama sudah tidak bertemu.. Bagaimana kuliahmu ? Oh iya nanti kalau ada waktu kita bisa ketemuan , selagi aku bisa pasti akan kubantu...”
Aku hanya diam . Mendengarkan percakapan Haykal dengan ntah siapa itu. Sedikit curiga , tapi.. Ah, tidak. Haykal hanya sedang berbicara dengan kawannya.
“Siapa tadi ?” Tanyaku
“Oh, teman”
“Perempuan atau laki laki ?”
“Perempuan. Dia memintaku untuk membantunya mengerjakan tugas kuliahnya.”
“Oooh...”
“Dia adik kelasku waktu SMP dulu. Cantik, ramah, pintar. Siapa yang tak suka mengenalnya.”
“Hmm sempat dekat ya ?”
“Iya , sampai sekarangpun tetap akrab.”

Tenang Dinda , itu hanya temannya. Batinku.


            Ketika itu siluet senantiasa menampakkan kemerahannya dikala senja datang. Secangkir teh hangat menemani senjaku di teras rumah. Aku hanya duduk , menikmati suasana sore di rumah. Melihat kendaraan yang sedang lalu lalang. Sesekali aku menyeduh teh hangat , lalu meletakkannya kembali diatas meja . Kembali menikmati senja yang damai. Dan ada waktunya aku masuk kedalam rumah , bersiap-siap untuk mengambil air wudhu dan pergi ke mushollah kecil dekat rumah untuk sholat maghrib.

            Esoknya aku bertemu dengan Haykal . Kali ini bukan untuk mengerjakan tugas . Tapi hanya untuk duduk di taman. Ya, hanya sekedar bercakap dengannya.
Hari libur benar-benar ia nikmati. Karena akhir-akhir ini ia sangat sibuk dengan tugas dan kegiatan kampus. Jangankan untuk diriku dan teman-teman lainnya, untuk dirinya sendiripun ia tak punyai waktu. Terkadang sehari hanya makan sekali , alasannya lupa. Tidurnya tengah malam, hampir mendekati tiga perempat malam , dikala sebagian orang bangun untuk kembali bersujud namun ia baru dapat memejamkan mata untuk istirahat. Ya begitulah jika menjadi aktifis kampus.
Haykal sibuk dengan handphonenya , rautnya terlihat sedikit suntuk. Ntah akupun tak tahu dengan siapa ia sedang SMSan.
“Kenapa , kok suntuk ?” Ujarku sembari memetik bunga yang ada di samping tempat dudukku.
Haykal hanya menghela napas, berdiri dan meletakkan handphonenya ditempat ia duduk. Ia hanya berdiri , sesekali berjalan ke utara lalu kembali lagi. Kemudian aku meraih handphonenya, hanya ingin sekedar melihat.
Aku hanya terdiam dalam heningnya malam. Mengingat yang lalu akan dirimu. Begitu indah dalam ingatan. Andai waktu dapat kembali ,kau akan tahu apa yang akan kulakukan tanpa aku harus mengatakannya padamu. Andai itu dapat kulakukan , aku ingin tetap bersamamu. Masih adakah tempat untukku dihatimu, Haykal ?

Aku tersentak. Mengernyitkan dahi.  Dari siapa pesan ini ?
Tak lama kemudian Haykal kembali duduk disampingku , dan aku memberikan handphonenya.
“SMS dari siapa ?”
“Mantan.” Jawabnya singkat.
“Ooh..”
“Aku bingung..” Ujarnya.
“Bingung untuk apa?”
“Dia ingin kembali padaku seperti waktu itu.”

Aku hanya diam. Sedikit miris mendengar kata ‘bingung’ dari ucapannya. Dia pernah mengatakan padaku bahwa ia telah memilihku untuk menjadi ‘special person’nya. Ia akan menyayangi diri ini dengan tulus, akan menegurku disaat aku bersalah, akan membimbing ketika aku tak tahu arah.. Tapi mengapa harus bingung ? Harusnya ia cukup mengatakan ‘tidak bisa’ walaupun aku tahu tak semudah itu untuk mengatakanya. Kemungkinan ia masih mempunyai perasaan pada wanita itu, ada keinginan untuk kembali tapi ia tak tahu apa yang akan ia katakan padaku. Tak tahu apa yang akan kulakukan padanya jika Haykal akan kembali pada wanita itu.
Aku membiarkan Haykal dalam lamunannya. Akupun tak tahu apa yang harus kulakukan.
“Kelihatannya disana pemandangannya lebih indah. Kesana yuk..” Ujarku mengalihkan lamunannya.
Akupun beranjak dari tempat duduk dan mengajak Haykal ke tempat lain. Mengajaknya bicara tentang hal lain agar ia tidak terlalu lama dalam lamunannya.
“Maafkan aku, Dinda”
“Akupun minta maaf , aku tak bisa membantumu”
“Harusnya aku yang minta maaf, Dinda. Maafkan aku..”
“Aku tidak apa-apa , Haykal.”
Kamipun berjalan beriringan, menikmati indahnya taman dan merasakan semilirnya angin.



“Haykal , ini siapa ?” Tanyaku sembari memperlihatkan beberapa foto wanita yang berada di laptop Haykal , yang tak pernah kutemui sebelumnya.
“Ooh .. ini teman sekelasku , yang ini teman olimpiade” Jawabnya sambil menunjukkan jarinya pada monitor. “Kalau yang ini teman SMP , yang ini mantan pertamaku tapi sekarang ia sudah bertunangan , yang ini manta keduaku , dia lebih muda darimu tapi ia sangat pandai, sekolah selalu mendapat beasiswa,  dan yang ini...”
Hingga aku lelah mendengarkan ucapan Haykal , sungguh banyak wanitawanita istimewa yang ia kenal dan ia kagumi. Ya , wanita yang ini dan yang itu . Sungguh membuatku sedikit sesak didada dan Haykal sepertinya tidak memikirkan hal itu . Dan aku hanya bisa menyela perkataannya “Cantik-cantik ya..”
Haykal hanya tersenyum .

            Kali ini aku akan benar-benar menikmati sisa pagiku disini , dirumah sederhana kami . Aku akan benar-benar menikmati senja yang indah dengan kemerahannya . Karena beberapa hari lagi aku tak lagi dapat menemui indahnya hari-hariku dirumah penuh cinta ini . Saatnya mempersiapkan diri dan segalanya untuk pergi ke kota orang , pergi mencari Ilmu menjadi mahasiswa baru di Semarang . Semilir angin pagi membawa helai rambutku dalam hembusnya . Hanya menghirup udara segar dan mendengar kicauan burung yang hinggap kemudian terbang lagi. Aku tak takut untuk tidak bersua dengan Haykal . Aku hanya harus percaya padanya .
Handphoneku bergetar . SMS masuk , dari Haykal .
Kisah cinta kita bagai gitar akustik ,merdu didengar indah dirasa. Meski kita jauh , terpisah jarak dan waktu antara kau dan aku. Aku akan selalu merindukanmu. Miss you Ney :*

Ney ? siapa Ney ? Tak sedikitpun aku faham dengan pesan ini. Aku rasa Haykal salah kirim. Tapi, ah.. lebih baik aku menanyakannya.
‘salah kirim ya ?’ balasku
‘Eh iya , maaf..’
‘Untuk siapa cinta dan rindumu ?
‘Hmm.. nggak kok’
‘Sungguh ? Aku tak suka jika kau berbohong’
‘Maafkan aku..’
‘Tidak apa-apa’

Sejak saat itu aku jarang sekali menghubungi Haykal. Ntah perasaan apa yang menyelimuti hati ini hingga aku enggan sekali dengannya. Begitu juga dengan Haykal , tak sekalipun ia menghubungi ataupun menanyakan kabarku. Hingga pada akhirnya aku harus berangkat ke Semarang tanpa berjumpa dengannya terlebih dahulu , tanpa pamit . Hanya SMS yang dapat mewakilkan sekalipun ia hanya membuka dan membacanya , tidak untuk membalas.


Sudah sekian lama aku berada di Semarang , hampir satu tahun setengah. Selama itupun Haykal tak pernah menghubungiku , ntah mengapa.
Tak jarang aku mengirim SMS tapi ia tak membalasnya . Mengirim PM difacebooknya , takkunjung pula ia membalas, hanya dilihat. Dan akupun tak tahu apa yang sesungguhnya ia inginkan. Berharap ia baik baik saja disana .



Hingga pada akhirnya aku menulis surat ini. Aku tak berharap ia akan membalasnya begitupun dengan segala alasan , sepertinya aku tak perlu itu.  Biarlah ini menjadi goresan tak terbalas , hanya ingin memberi pengertian sebaik mungkin , menerima dengan tulus. Semoga ia memahaminya.
Pagi ini aku benar benar akan mengirimnya. Aku tak meminta apapun darinya . Pernah menjadi bagian dari hidupku, itu sudah lebih dari cukup . Aku hanya bisa mendoakannya.. Semoga segala kebaikan selalu berpihak padanya, apapun itu. Doaku memang tak tampak, serupa dengan udara . Tapi akan selalu mengirinya meski hatinya tak lagi berpihak padaku .

Udara pagi, semilir angin.. Telah membawa rinduku pada Haykal, terbang jauh hingga tak tampak dan takkan lagi terasa. Aku dapat merasakan bahagia disini , walau tanpa Haykal. Begitu juga Haykal disana .
Hanya bisa menjadikan semua ini kenangan , dan aku tahu semua ini tak dapat kembali begitupun aku tak menginginkkanya semua ini pergi dengan cara yang tidak baik .

‘Semoga kau bahagia, walau tanpaku..’

Daun, jalanan, udara, embun  pagi.. Mereka adalah saksi bisu. Menyaksikan betapa bahagianya diri ini atas segala waktu dan kesempatan untuk bernafas , walau tanpa Haykal.




Gresik, 24 Juli 2014 (26 Ramadhan ) 21:22


#Mohon maaf apabila cerita tidak begitu mengena, tidak begitu  jelas, kata katanya kurang teratur, cerita terlalu singkat dan kurang panjang dll karena si pengarang kurang ada waktu dan moody kurang baik hehhe

Selamat membaca J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar